Wednesday, February 1, 2012

Kisah Sayur Asem yang Terbuang

Di sebuah rumah kontrakan sederhana di pinggiran ibukota, tinggallah sepasang pengantin baru yang berbahagia. Layaknya pengantin baru lainnya, hari-haripun terasa indah dijalani berdua. Seperti pagi itu, setelah menyelesaikan tugasnya mencuci, sang istri bergegas pergi ke tukang sayur. Hari itu dia akan menjalankan misinya yang sudah dia rancang beberapa hari sebelumnya. Dia akan memasak untuk suami tercintanya. Bagi kebanyakan wanita mungkin memasak bukanlah sesuatu yang istimewa. Tapi bagi sang istri, itu pekerjaan yang sama sekali tidak mudah, karena dari kecil hingga dewasa, dia tak pernah memegang pekerjaan dapur. Dan hari itu demi memberi kejutan penuh cinta kepada suaminya, dia rela bersusah payah.

�Hari ini aku mo masak sayur asem aja ah.. tambah tempe goreng ma sambel pasti seger� kata sang istri dalam hati sambil melirik suaminya yang sedang sibuk mengutak-utik motor barunya. Segera dia sibuk mencari resepnya di beberapa tumpukan majalah Sedap Sekejap. Cukup banyak majalah dan buku-buku resep masakan yang dia punya, tapi belum pernah dia praktekkan satupun sampai hari itu. Menyiapkan peralatan masakpun tak kalah hebohnya. Ternyata memasak benar-benar membuatnya kerepotan. Tapi dia tetap semangat dengan misinya. 


Setelah sukses membuat dapur berantakan, akhirnya sang istri berhasil juga menyelesaikan misinya. �Ah akhirnya jadi juga masakan pertamaku.. mmm.. enak juga. Saatnya dihidangkan nih.. Pasti suamiku seneng� pikir sang istri dengan riang. Dia lihat suaminya sedang asyik di depan tivi menyaksikan perlombaan Moto-gp. Dengan tenang dan penuh percaya diri dia siapkan hasil masakannya di depan suaminya. �Ayo mas makan dulu� ajaknya dengan lembut sambil meletakkan satu per satu hasil masakannya. 


�Apa itu?� tanya sang suami sambil melirik sekilas kearah sayur asem buatan sang istri. �Sayur asem mas� jawab sang istri. �Ouuu..� hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut suaminya, sambil matanya tetap tertuju kearah tivi, seolah dia tidak tertarik sama sekali dengan masakan istrinya. Melihat respon yang tidak menyenangkan dari suaminya, perlahan-lahan rasa percaya diri sang istri pudar. �Ga mo nyobain?� tanya sang istri. Dan suaminya cuma menggeleng. Jleb! Hatinya seperti tertusuk belati, sakit sekali. Tega sekali suaminya tidak menghargai jerih payahnya. Berhari-hari dia rencanakan semua ini, dan dari pagi buta dia sudah menyiapkan semuanya, tapi suaminya tak mau menyentuh masakannya sama sekali. Separah itukah hasil masakannya hingga suaminya tak sanggup untuk mencoba sesuap saja. Hancur berantakan hatinya, seberantakan dapurnya hari itu. Dia sangat kecewa.


Sambil menahan air mata yang menggantung di pelupuk mata, dia ambil sayur asem dari depan suaminya. Dengan penuh emosi dia buang sayur asem itu ke wastafel. Bukan itu saja, sayur asem yang masih ada di pancipun dia buang semua. Ya, hari itu sayur asem yang dibuat dengan penuh cinta harus terbuang dengan sia-sia. Melihat tindakan sang istri yang aneh, suaminya bertanya �Kenapa sayurnya dibuang?�. �Ga ada yang mau makan sayur ini� sahut sang istri dengan emosi. Dan sang suami tak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya bisa bingung melihat kelakuan sang istri. Dia tak menyadari bahwa istrinya sangat kecewa dan sakit hati.


�Tega sekali dia, setidaknya dia kan bisa mencoba dulu masakanku. Tapi ini ga dicoba sama sekali. Dia ga menghargai jerih payahku. Aku kan susah payah demi dia. Gombal banget kata-kata cintanya, nyatanya dia tak bisa mengerti perasaanku.. � sang istri meratapi nasibnya sambil terisak. Tentu saja tidak di depan suaminya. Dia terlalu gengsi untuk memperlihatkan perasaan yang sebenarnya. 


*********

Setelah beberapa bulan berlalu, barulah terungkap bahwa sang suami ternyata alergi alias sangat tidak suka sayur asem. Hanya melihat penampakannya saja sudah bisa membuatnya hilang selera makan, apalagi mencoba, bisa-bisa malah jadi mual. Itulah alasannya kenapa dia tak mau mencoba sayur asem buatan istrinya.




Makanya bu.., mbak.., jeng.., dan semua para istri.. kalau ingin membuat kejutan untuk suami, lebih baik cari tahu dulu kegemarannya apa, dan yang tidak disukai apa, jadi tidak harus kecewa dengan penolakan seperti kasus di atas. Juga untuk para suami.., pak.., mas.., adek.., seharusnya kalian menghargai jerih payah istri dan mengerti perasaannya. Jangan terlalu egois. Apa sih susahnya berkorban sedikit saja, toh hasilnya buat para suami juga. Sang istri jadi makin sayang, dan pelayanan jadi makin memuaskan ;).


Cinta itu butuh komunikasi, keterbukaan, kemampuan untuk memahami dan mengerti.

No comments:

Post a Comment