Sunday, July 29, 2012

Senyum Membawa Luka

Senyum itu sedekah, senyum itu ibadah. Senyum adalah sedekah yang paling murah, dan ibadah yang paling mudah, tapi memberi dampak yang besar. Senyum tak hanya menyenangkan orang lain, tapi juga menenangkan diri sendiri. Dan bagiku senyuman tak pernah gagal memperbaiki suasana hati dan memberi semangat. Seperti lirik lagu "Pasti Bisa"nya Citra Solastika berikut ini.. ? Akuu.. ingin lepaskan seluruh bebanku.. Dan kujalani hidupku dengan senyumaaan..?. 



Aku tak pernah kesulitan untuk tersenyum pada orang lain, apalagi pada diri sendiri (sambil ngaca..eh..). Tak terkecuali di kantor. Bertemu teman-teman dan memberikan senyum penuh kehangatan, terasa menyenangkan bukan? Apalagi kalau teman kita itu membalas senyuman kita dengan ketulusan yang sama, ditambah dengan sapaan, tentu makin menambah keakraban. 

Tapi ternyata tidak semua orang seperti itu. Aku beberapa kali menemui orang yang tidak mau membalas senyumku. Padahal kami tinggal di satu atap dan di satu lantai (tapi tidak satu rumah..halah). Intensitas bertemupun bisa dibilang lumayan sering. Walaupun kami memang belum pernah ngobrol. Tapi itu tentu bukan alasan untuk tidak membalas senyumku. Sampai sekarang aku masih tak tahu alasannya, kenapa ada orang yang tidak mau membalas senyuman orang lain. Kalau aku pribadi, baik orang dikenal maupun tak dikenal, tersenyum padaku, aku pasti akan membalas senyumnya. Tentu saja orangnya orang normal ya..bukan orang gila. Hehe..

Eh ngomong-ngomong tentang orang gila, aku sempat trauma membalas senyuman orang gila ini. Ceritanya begini.. Beberapa tahun yang lalu, saat aku masih muda belia, saat itu baru lulus SMA, aku pergi ke Jogja sebatang kara. Saat naik kobutri (bis kotanya Jogja), tiba-tiba ada seorang ibu dengan wajah full make up tersenyum dan menghampiriku. Refleks aku balas senyumnya, dan tak ada pikiran buruk sama sekali. Karena di mataku ibu itu tampak sangat normal. Namun tiba-tiba ibu itu bukannya ramah melihat senyumku, tapi malah marah-marah. Sumpah serapah tak jelas ditujukan padaku.  Salah satu kalimat yang berhasil aku tangkap adalah �Heh! Kowe ki sopo?! Wani-wanine numpak kobutriku!�. Kalau ditranslate dalam bahasa nasional artinya begini �Heh! Kamu ini siapa?! Berani-beraninnya naik kobutriku!�. Aku bingung sekali dan ngeri. Adakah yang salah dengan senyumku hingga membuat orang jadi kalap begini? Walaupun rasa hatiku tak karuan, aku tetap berusaha tenang dan berdoa dalam hati, semoga ibu ini tidak mencakar-cakar mukaku atau menamparku. Kalau sampai terjadi bisa-bisa muka mulusku ini jadi buruk rupa seumur hidup *lebay*.

Semua mata di dalam kobutri yang penuh itu memandangku. Ada pandangan iba, ada pandangan ngeri, tapi ada pula yang malah geli. Duuh malu sekaliii.. Untung bantuan segera datang. Sang kondektur buru-buru menghalau ibu itu dari hadapanku. Dia berkata �Dia gila mbak.. dah sering banget bikin rusuh�. Dan aku baru sadar, kalau aku baru saja dimaki-maki orang gila. Hadeeh..gara-gara membalas senyumannya. Oh..inikah yang disebut dengan senyum membawa luka.. -___-

Nah teman-teman.. Tetaplah tersenyum, tapi jangan tersenyum pada orang gila. Dan jangan senyum-senyum sendiri, karena bisa-bisa dikira gila. Keep smiling friends.. Makasih udah membaca postinganku yang kurang bermutu ini... ^^

No comments:

Post a Comment