Sunday, July 8, 2012

Kembali ke Bali

�Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk lembut angin di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
tak mampu mengusir kau yang manis�

Sepenggal lirik lagu Nyanyian Rindu yang dilantunkan dengan merdu oleh Ebiet G Ade, mengiringi kerinduanku akan Bali. Sebuah pulau indah yang menyimpan banyak cerita dan kenangan. Mungkin bagi sebagian orang Bali hanyalah sebuah tempat berlibur saja, tapi bagiku lebih dari itu. Bali adalah penyembuh lukaku, dan telah membantu menemukan diriku kembali. Ada cerita di setiap perjalanan, dan Bali menggoreskan cerita yang dalam. Aku menyukai setiap sudutnya, keindahan alamnya, dari pantai hingga pegunungan yang menentramkan, juga keramahan dan kehangatan penghuninya. Para pria bali yang memakai udeng tampak mempesona di mataku. Juga para wanitanya yang tampak anggun dan seksi, dengan rambut panjangnya, dan mengenakan kebaya pas di badan, yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Bahkan preman yang berbody rambo tapi berhati rinto, dan para turis asing, semuanya ramah padaku. Itulah sepenggal rasaku tentang Bali. Sebuah kebahagiaan yang ingin kubagikan kepada orang-orang tercintaku.


Dan demi mewujudkan keinginanku itu, akhirnya tanggal 3 Juli kemarin, dengan berbekal tiket pesawat promo yang kusiapkan 7 bulan yang lalu, aku bersama  suami dan anak-anakku mengunjungi Bali. Anak-anak sangat antusias dengan perjalanan ini, karena ini pertama kalinya mereka naik pesawat. Jadi ingat waktu pertama kali aku naik pesawat, ada rasa excited, deg-degan, bingung, plus norak.. hehe. Tapi bedanya, anak-anak bisa dengan polos dan tanpa malu-malu mengekspresikan diri, sedangkan aku tentu saja malu kalau ketahuan katroknya.. haha. 





Siang itu pesawat dipenuhi anak-anak, jadi seperti darmawisata anak-anak TK. Maklumlah ini liburan sekolah. Suasana di dalam pesawatpun jadi berisik dan heboh. Kadang-kadang pramugarinya  kewalahan juga. Ah, namanya juga anak-anak.. :D. Yang seru adalah pada saat pesawat lepas landas, anak-anak berseru �woooow..� merasakan sensasi pesawat yang mulai terbang, dan tertegun melihat pemandangan dari ketinggian.  Mmm.. memang sungguh indah.. :)


Sekitar 1,5 jam perjalanan udara, akhirnya sampai juga di Bandara Ngurah Rai. Tak sabar aku ingin menghirup udara Bali, udara liburan, udara yang menenangkan. Tapi begitu kakiku menginjakkan bandara itu, tiba-tiba bayangan indahku buyar. Suasana yang kulihat sama sekali berbeda dengan bayanganku. Bandara Ngurah Rai yang biasanya sederhana dan bersahaja, kini hampir tak tampak wujudnya karena begitu penuh manusia. Ratusan manusia dari berbagai bangsa tumplek blek di sana. Sangat semrawut. Ditambah lagi, sedang ada pembangunan di area bandara itu, semakin menambah ketidaknyamanan. Tapi aku memaklumi karena sekarang memang sedang musim liburan sekolah, dan Bali merupakan tujuan wisata nomer 1 di Indonesia, wajarlah kalau banyak yang berbondong-bondong  ke Bali. 


Setelah menunggu mobil sewaan beberapa menit, akhirnya kami keluar meninggalkan bandara yang semrawut itu. Aku berharap bisa segera mendarat di hotel yang kami pesan di kawasan pantai Kuta, dan segera bermain-main di sana. Tapi aku harus kembali kecewa, karena perjalanan dari bandara ke Kuta yang biasanya ditempuh hanya 15 menit  saja, hari itu harus kami tempuh dengan waktu lebih dari 1 jam. Penyebabnya tidak lain adalah kemacetan! Shock! Jauh-jauh dari Jakarta ke Bali, eh masih saja menemui macet. Kelihatannya semua warga Jakarta pindah ke Bali nih.. hadeeh.. 


Itulah hari pertama kami di Bali yang lumayan melelahkan. Hari berikutnya tak kalah melelahkan. Berbagai objek wisata sangat-sangat penuh pengunjung. Boro-boro mau melihat pemandangan yang indah, mau berjalanpun harus berdesak-desakan dengan orang banyak. Boro-boro mau bermain-main, sekedar foto-foto bernarsis riapun susah, karena setiap spot sudah dipenuhi orang :(.


Oh.. Bali.. ternyata penggemarmu banyak sekali. Berasa seperti patah hati nih. Ada rasa kecewa di hatiku, karena aku tak berhasil menunjukkan keindahan Bali yang sesungguhnya pada orang-orang yang aku cintai. Tapi dalam setiap perjalanan pasti ada pembelajaran. Dan aku yakin suami dan anak-anakku banyak belajar dari perjalanan ini. Seperti Lita, walaupun tidak puas melihat pemandangan yang indah, tapi dia puas mengamati orang-orang dari berbagai ras, dan dia tampak menikmati itu. Juga Ariq, walaupun tak puas bermain air dan pasir, tapi dia senang bisa bermain-main dengan monyet dan kelelawar di Alas Kedaton. Begitu pula suamiku, walaupun tak berhasil mengabadikan Bali dalam foto yang menawan, tapi sepertinya dia tampak senang saat belanja kaos khas Bali. 


Bali.. aku akan tetap kembali.. entah kapan.. Dan aku berharap saat itu kau menyambutku dengan suasana yang lebih baik..

No comments:

Post a Comment