Monday, July 16, 2012

Kala Senja di GWK

Puluhan menit telah berlalu, dan mobil yang kami tumpangi masih saja tak bergeming. Sore itu, kemacetan di daerah Kuta dan sekitarnya memang lumayan parah. Padahal jarak yang akan kami tempuh menuju kawasan pantai Nusa Dua masih jauh. Tiba-tiba suamiku berkata "Ma, ke Nusa Duanya besok aja ya? Macet banget gini, pasti sampai sana udah gelap. Percuma juga kan, nggak lihat apa-apa". Sebenarnya aku agak kecewa dengan keputusan suamiku itu. Sudah lama aku merindukan suasana sore di pantai Nusa Dua yang teduh dan tenang. Birunya laut dan putihnya pasir sangat menentramkan. Inilah salah satu alasanku kembali ke Bali, ingin mengunjungi Pantai Nusa Dua lagi. Tapi mau tak mau aku harus berpikir rasional, dan membenarkan kata-kata suamiku. "Ya udah, ke Nusa Duanya ditunda aja. Kita sekarang ke GWK aja yang lebih dekat" sahutku.

Jarak tempuh ke GWK memang lebih dekat, namun kemacetan membuat perjalanan kami menjadi lebih lama. Menjelang senja barulah kami sampai ke tempat tujuan. Sampai di pintu gerbang, kami membayar tiket masuk yang ternyata lebih mahal dari biasanya. Mungkin karena musim liburan, atau memang karena sudah naik harganya. Harga tiket yang biasanya Rp 25.000/orang, menjadi Rp 30.000/orang."Harga yang lumayan mahal untuk hanya melihat patung" pikirku. Aku berharap semoga anak-anakku senang, jadi bayar agak mahalpun tak terlalu rugi. *dasar pikiran emak-emak pelit :P.



GWK di kala senja
Sampailah kami di halaman parkiran yang penuh sesak oleh mobil dan manusia. Beberapa bis-bis rombongan darmawisata sekolah tampak menghalangi beberapa jalur parkiran. Dan bisa diduga, pasti ini rombongan bis dari Jawa. Benar saja, ratusan anak-anak SMP dan SMA saling berbicara dalam bahasa jawa, sangat familiar bagiku, serasa ada di Jogja.. Hehe..

Kami segera bergegas menaiki anak tangga, menuju lokasi patung GWK berada, yaitu di Plaza Wisnu, tempat patung wisnu setengah badan tanpa lengan berada, dan Plaza Garuda, tempat patung kepala garuda berada. Lokasi patung-patung itu memang tersebar, karena sebenarnya patung GWK tersebut belum jadi, disebabkan kekurangan dana.  Jadi antar bagiannya masih terpisah-pisah, dan ada beberapa bagian yang belum sempat dibuat. Rencananya bagian-bagian tersebut akan digabungkan menjadi patung Garuda Wisnu Kencana raksasa, yaitu sebuah patung garuda yang dikendarai oleh Dewa Wisnu. Aku membayangkan jika proyek ini berhasil, pasti patung itu sangat megah tak kalah dengan patung Liberty di New York. Sayangnya proyek ini terhenti, dan kita harus puas dengan hanya menikmati potongan-potongannya saja, dan tak lupa berpose narsis di depannya, sebagai bukti bahwa "Hey, aku lagi di Bali loh.." :D.

Eh, tapi tunggu dulu, jangan dikira berfoto narsis di depan GWK itu mudah, kalau pengunjungnya ramai sekali begini. Baru mau bergaya, memamerkan senyum termanis sepanjang masa.. "Yak.. Tahaaan..", tiba-tiba "Permisi.. Maaf.. Excuse me..", orang-orang lalu lalang dengan seenaknya membuyarkan konsentrasi berpose..haduuuh.. Maksud hati ingin mendapatkan foto dengan background GWK, tapi yang didapat malah foto diri yang lagi manyun terjebak di lautan manusia.




GWK yang penuh manusia
Menyerah.. Aku menyerah karena usahaku mendapatkan foto terbaik harus menemui kekecewaan berkali-kali, sampai akhirnya senja datang. Dan orang-orang satu per satu mulai meninggalkan area tersebut, seiring dengan tenggelamnya matahari. Tapi justru karena itulah kami masih bertahan. Di saat pengunjung sudah mulai sepi, tentu kami lebih leluasa menikmati. Ternyata suasana sunset di GWK sungguh indah. Matahari yang tenggelam di balik tebing-tebing yang berada di seberang patung garuda, memberi warna semburat orange kekuningan di langitnya. Sayup-sayup terdengar alunan musik bali, menambah suasana magis senja itu. Dan mengingatkanku bahwa "Aku benar-benar ada di Bali". 



fullmoon yang cantik
Hari mulai malam, dan matahari telah digantikan oleh rembulan yang bersinar terang. Aku baru ingat "Oh, iya.. Malam ini kan fullmoon, pantas aja bulannya sangat indah". Buru-buru suamiku mencari posisi untuk mengabadikan bulan purnama yang cantik itu. Akupun menghampiri suamiku yang sedang asyik memotret. Melihatku datang, dia menurunkan kameranya dan melingkarkan lengannya di pinggangku. Kami berdua menatap rembulan yang indah itu. Aku berbisik "Menikmati bulan purnama di pulau dewata.. Romantis ya pa..". Dan suamiku tersenyum penuh arti. Hening.. Serasa dunia milik berdua. Tiba-tiba.. "Mamaaa! Buruan pulaaang.. aku capek niih!" teriakan Ariq membuyarkan semuanya. -___-



bersambung ke...


No comments:

Post a Comment