Sunday, September 23, 2012

Menguak Legenda Rawa Pening


Baru Klinting, sebuah nama yang sangat familiar di telingaku. Nama yang terkait dengan legenda Rawa Pening itu, sudah aku dengar sejak aku masih kanak-kanak. Ibukulah yang mengenalkan kisah Baru Klinting padaku. Setiap malam sebelum tidur, ibuku tak lupa  menceritakan dongeng cerita rakyat dan kisah para nabi. Sesuatu yang sangat jarang kulakukan kini kepada anak-anakku. Salah satu cerita yang masih sangat kuingat adalah tentang Legenda Rawa Pening ini. Dari cerita ibuku itulah kemudian timbul rasa penasaran padaku tentang danau ini. Dan setelah puluhan tahun berselang, barulah terwujud keinginanku melihat langsung Rawa Pening. 

Gerbang Bukit Cinta
Setelah perjalanan kami ke Gedong Songo, kami melanjutkannya ke Rawa Pening. Tempatnya tidak terlalu jauh dari Gedong Songo, masih di wilayah Ambarawa juga. Danau luas yang terletak di pertemuan lembah gunung, cukup mudah ditemukan, walaupun kami baru sekali ini kesana.

Tak berapa lama sampailah kami di Rawa Pening. Di sekitar Rawa Pening ini, dibuka sebuah taman wisata yang biasa disebut dengan Bukit Cinta. Tak jelas maksudnya apa dinamakan demikian. Menurutku malah lebih tepat disebut taman Baru Klinting. Karena di sini terdapat patung ular naga raksasa yang melingkari taman, dan kita bisa masuk melalui mulut dan ekornya, semacam gua. Pembuatan patung ular naga ini bukan tanpa maksud. Jelas bahwa patung tersebut untuk mevisualisasikan legenda Rawa Pening. Ular naga itulah yang bernama Baru Klinting. Yang konon sampai sekarang masih menjaga Rawa Pening. 


Dari taman tersebut, kita bisa menikmati pemandangan Rawa Pening. Danau yang luas dan tenang ini diapit gugusan gunung dan perbukitan. Ada nuansa mistis yang kurasakan saat menatap hamparan danau itu. Tiba-tiba khalayanku berkembang terlalu jauh, aku sempat berpikir "Jangan-jangan si Baru Klinting memang masih ada di danau ini". Ah, malah jadi merinding. Daripada ngayal yang nggak-nggak, mending mengabadikan pemandangan yang indah ini.


Rawa Pening memang fotogenik, tak heran jika banyak fotografer yang tertarik mengabadikannya. Genangan air yang membentang luas, berpadu apik dengan gerombolan tanaman eceng gondok, dan membuat suasananya tidak monoton. Ditambah dengan kehadiran perahu-perahu berwarna-warni, memberikan aksen tersendiri, yang memberikan efek ceria dan colorful hingga mampu melembutkan kesan mistis dari danau ini.

Yang lebih menarik lagi, ternyata perahu-perahu itu bisa disewakan. Tarifnyapun cukup murah, Rp 35.000 saja perperahu. Jadi semakin banyak penumpang tentu semakin murah tarif per orangnya. Tapi ingat, maksimal satu perahu hanya mampu memuat 10 orang. Nah, bagi yang ingin mengeksplore lokasi ini lebih dalam, bisa menyewa perahu ini. Seru loh. Dengan naik perahu kita bisa menikmati pemandangan Rawa Pening dari berbagai sisi.






pemandangan dari perahu
Puas mengelilingi danau, dan foto-foto, kini saatnya beli oleh-oleh buat ibuku. Kami menuju ruko-ruko yang bersebelahan dengan Bukit Cinta, yang menjual oleh-oleh khas Rawa Pening. Di antaranya menyediakan ikan kecil-kecil yang digoreng krispi, mirip dengan yang dijual di Pangandaran. Katanya sih ikannya diambil langsung dari Rawa Pening. Hmmm.. Rasanya yummy loh. Cocok buat cemilan atau buat lauk.

Di sini juga dijual buku tentang Legenda Rawa Pening. Bagi yang mau tahu ceritanya silahkan beli bukunya. Atau baca aja di sini.



narsis di perahu ^^

No comments:

Post a Comment