Monday, September 17, 2012

Candi Gedong Songo.. Back to The Past


Tujuh belas tahun yang lalu aku pernah menggigil di tempat ini, dalam sebuah tenda yang basah dan dingin karena hujan deras yang mengguyur, bersama ke sepuluh temanku satu regu. Di tempat ini pula aku pernah berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya menyusuri jalan raya yang sangat sepi di malam hari, demi mencari klinik pengobatan, karena temanku sakit dan butuh pertolongan segera. Dan di tempat ini aku merasakan perpaduan keindahan alam dan peninggalan sejarah yang menghadirkan suasana magis. Ditambah dengan medan yang sulit dan hawa dingin yang sangat menusuk. Sungguh sebuah penyiksaan yang indah.

Kini, aku kembali ke tempat ini. Demi sebuah kenangan. Demi sebuah cerita yang aku ungkap ke anak-anakku. Dan aku ingin mereka menyaksikan langsung tempat yang menakjubkan ini. Gedong Songo.. I'm back to the past.

Berlima kami berangkat menuju Candi Gedong Songo yang terletak kaki gunung Ungaran, daerah Bandungan, Ambarawa. Aku, suami, 2 anakku, Lita dan Ariq, dan adikku Febri. Ternyata perjalanan kesana tidak sesulit yang kubayangkan. Padahal seingatku, 17 tahun yang lalu, jalanan yang kami lalui sungguh menguras tenaga mobil yang kami tumpangi, jalan berliku-liku dan menanjak parah. Hingga saat itu kami was-was kalau-kalau mobilnya mogok di jalan. Mungkin karena mobil yang kami pakai sekarang kualitasnya lebih bagus, sehingga lebih bertenaga. Atau karena kondisi jalannya sudah dibuat lebih nyaman untuk dilalui. Entahlah. Yang jelas, di sepanjang jalan kami masih bisa menyaksikan keindahan alam yang membuat decak kagum.




Selain kondisi jalan yang lebih baik, aku juga merasakan perbedaan yang lain. Yaitu hawa di tempat ini yang tidak lagi sedingin dulu. Dulu, baik pagi, siang, maupun malam, aku sering tersiksa oleh hawa dingin yang sangat menusuk. Bahkan aku sampai tak berani mandi. Tapi kini tidak lagi kurasakan itu. Hingga jaket yang sudah aku siapkan untuk menahan hawa dingin, kini hanya jadi modal gaya-gayaan saja. Mungkinkah ini dampak dari global warming?

Memasuki kawasan Candi Gedong Songo, perbedaan makin jelas terasa. Tempat ini kini makin ramai. Banyak penjual makanan dan cenderamata. Setahuku dulu di sini hanya ada penjual sate kelinci saja. Kini berbagai pilihan kuliner ada disini. Bagus juga sih. Jadi bagi yang nggak bisa makan sate kelinci, bisa pesan menu makanan yang lain. 


sate kelinci
 Kusebarkan pandanganku ke seluruh penjuru mengamati tempat ini dengan seksama. Memang banyak sekali yang berubah. Sepertinya lahan perkemahan pun sudah tidak ada. 17 tahun yang lalu, disini hanya ada lahan perkemahan dan tak ada yang namanya wisatawan. Tampaknya dulu Gedong Songo memang belum dibuka untuk tempat wisata.

Sekedar  informasi, Gedong Songo adalah kompleks candi yang terdiri dari 9 buah bangunan candi dengan posisi yang tersebar di tempat dan ketinggian yang berbeda. Konon katanya candi-candi ini dibangun pada zaman Wangsa Sailendra. Belasan tahun yang lalu, untuk mencapai ke tempat candi-candi itu berada, harus dilalui dengan hiking alias jalan kaki. Tentu saja dengan medan yang sangat sulit. Harus melalui jalan setapak yang menanjak dan berliku, yang berbatasan dengan tebing yang curam. Hingga kalau tidak hati-hati melangkah, bisa terjun bebas ke dasar tebing. Masih jelas diingatanku, kala itu aku berjalan dengan was-was, karena pandanganku terhalang oleh kabut yang tebal. Akupun mencium bau belerang yang cukup menusuk, yang berasal dari sumber mata air panas alami. Sumber air panas tersebut saat ini telah dikelola dan dikomersialkan. Katanya banyak khasiatnya, di antaranya bisa menyembuhkan penyakit kulit.



uap belerang di sumber air panas
jalan menuju puncak

Kini, bagi yang ingin mencapai tempat ke sembilan candi itu berada, tak perlu bersusah payah seperti yang kualami dulu. Cukup dengan mengendarai kuda saja. Dengan membayar jasanya sebesar Rp 50.000, sudah full sampai dengan puncak tertinggi. Apalagi rutenya kini sudah lebih mudah dilalui, dan keamanannya lebih terjamin. Jadi jangan kuatir. Ikuti saja saran sang pawang kuda bagaimana cara mengendalikan kudanya. Dijamin nggak rugi deh. Karena kita akan disuguhi pemandangan yang tak terkira indahnya. Bahkan aku sendiri sulit mengungkapkan dengan kata-kata. Lihat saja foto-fotonya, dan bayangkan keindahannya :).






No comments:

Post a Comment