Monday, December 19, 2011

Wanita Terindah

Paras wajahnya ayu dan lembut, dibingkai oleh rambutnya yang panjang berombak dan berwarna hitam legam, sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna kuning langsat. Dulu aku sempat merasa iri dengannya. Kulitku terlalu pucat dan rambutku yang berwarna kecoklatan seperti rambut jagung, tak seindah rambutnya. Waktu kecil aku berpikir, kenapa aku ini berbeda dengannya? Padahal aku ini anak kandungnya. Bahkan ada beberapa kerabat dan tetangga yang sengaja mengolok-olokku, dengan mengatakan aku ini �anak nemu�, karena fisikku berbeda dengan saudara dan orang tuaku. Ah lama-lama aku jadi terbiasa, apapun kata mereka, aku ini tetaplah anak ibuku, dan mendapat kasih sayang penuh darinya.

Ibuku  memang cantik dan menarik, perangainyapun lembut dan santun. Tak heran jika dulu ibuku disebut sebagai kembang desa di kampungnya. Para kumbang..  eh laki-laki.. datang untuk mendekati. Bukan hanya dari kampung ibuku saja, tapi juga datang dari daerah lain. Kecantikan dan kepopulerannya tak menjadikan ibuku menjadi gampang  memilih pasangan hidup. Satu per satu kumbang-kumbang itu tumbang dan patah hati. Banyak dari mereka adalah orang-orang berada, mapan dan terpandang. Namun justru ibuku memilih bapakku yang tidak memiliki apa-apa.

Bapakku hanyalah seorang abdi negara bergaji kecil, yang bermodalkan tekad yang tulus dan keberanian untuk berjuang. Tampak nyata bahwa ibuku bukanlah seorang wanita materialistis dan gila harta atau kedudukan. Ibuku memandang bapakku dari kepribadiannya, selain dari fisiknya yang gagah dan ganteng tentu saja.. hehe.. *memuji bapak sendiri*. Ibu dan bapakku akhirnya menikah tanpa proses pacaran. Bapakku saat itu datang menemui kakekku secara langsung untuk menyampaikan maksudnya. Sedangkan ibuku hanya keluar sekilas saat mengantarkan minuman saja. Proses �ta�aruf� yang sangat singkat. Dan terbukti perkawinan mereka langgeng dan harmonis sampai sekarang, walau tanpa proses pacaran.

Kelebihan ibuku bukan hanya dari kecantikan fisiknya saja, tapi juga dari kepribadiannya yang luar biasa. Menjadi seorang istri prajurit seperti bapakku, bukanlah hal yang mudah. Tiap saat harus rela ditinggalkan bapakku untuk tugas negara. Ibuku harus berjuang membesarkan anak-anaknya, berbekal kiriman uang gaji dari bapakku yang sangat pas-pasan. Tapi semua dijalani dengan ikhlas dan tidak banyak menuntut. Untuk membantu keuangan rumah tangga, ibuku membuka jasa jahitan. Aku menyebutnya butik, dan ibuku sebagai pemilik sekaligus designernya. Sepertinya tak berlebihan sebutan itu, sebab ibuku bukan hanya menjahit saja, tapi juga sebagai konsultan masalah mode, sekaligus membuatkan design untuk para pelanggannya. Walaupun hanya kecil-kecilan, bagiku itu luar biasa. Dan para pelanggan puas dengan hasilnya. Alhamdulillah, bisa menambah uang jajan anak-anaknya. 


Keahlian lainnya adalah dalam hal mengolah makanan. Sewaktu aku kecil ibuku jarang sekali memasak makanan mewah dan mahal. Maklumlah keluarga kami keuangannya sangat pas-pasan. Tapi meskipun dari bahan-bahan sederhana, masakan ibuku rasanya sangat enak tak terkira. Dan ibuku selalu memperhatikan asupan gizi bagi kami, setidaknya menu 4 sehat selalu ada. Sedangkan untuk menjadi 5 sempurna, itu sangat jarang, karena susu harganya mahal. Paling-paling kalau saat aku ujian sekolah saja, ada bonus susu. Katanya �Kalau gizinya komplit, pasti berpikirnya juga lebih lancar� :).


Ibuku memang sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ibuku sendiri tidak punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Tidak seperti saudara-saudaranya yang semua laki-laki, dan sebagian besar berpendidikan tinggi. Sepertinya karena ibuku seorang perempuan, sehingga kakek dan nenekku berpikiran �Anak perempuan tak perlu sekolah tinggi-tinggi�.  Pengalaman itu yang membuat ibuku menganut paham �feminism�, yang memandang bahwa laki-laki dan perempuan punya hak yang sama dan kesempatan yang sama, terutama masalah pendidikan. Seringkali ibuku bilang padaku �Kamu ini perempuan, tapi jangan mau kalah dengan laki-laki. Kepandaianmu melebihi mereka, harus sekolah yang tinggi, dan punya cita-cita tinggi. Jangan sampai seperti ibu yang ga bisa sekolah tinggi. Kamu harus menjadi perempuan yang mandiri�


Begitulah, ibuku selalu mengobarkan semangat dalam diriku. Seperti pada saat aku mengikuti beberapa kompetisi atau saat menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Aku bilang �Bu, pesertanya banyak sekali, dan mereka pintar-pintar. Trus yang diambil hanya beberapa orang saja�. Ibu menjawab �Tak usah kamu pedulikan berapa banyak pesertanya, seperti apa mereka. Kalau Allah berkehendak, berapapun peserta yang lolos, namamu pasti ada di situ�. �Yang penting usaha, belajar dan jangan lupa berdoa dan sholat malam� sambung ibuku. 


Hingga kini, saat aku sudah berumah tangga, dengan segala persoalannya, ibuku tetap menjadi penyemangatku. Aku berharap aku bisa mewarisi kesabaran, ketabahan, dan kesetiaan ibuku. Menjadi istri sholehah bagi suamiku, dan ibu yang baik bagi anak-anakku. 


Ibuku kini tak muda lagi, kecantikan fisiknya telah pudar, berganti dengan keriput dan tumbuhnya uban.  Namun kecantikan jiwanya dan  keindahan kepribadiannya tetap terpancar. Ibuku, bagiku dialah wanita terindahku..

No comments:

Post a Comment