Aku punya teman yang berasal dari Bali, sebut saja namanya Made. Namun teman-teman dekatnya tak ada yang memanggilkan dengan nama itu. Dia justru sering dipanggil dengan panggilan "Monyet!". Ya ampun, keterlaluan ya ngasih panggilan begitu. Padahal dia tak ada mirip-miripnya dengan monyet. Herannya si made ini tak pernah keberatan dengan sebutan itu. Aku penasaran dan bertanya padanya "Kenapa sih teman-teman dekatmu manggil kamu �monyet�?". Akhirnya dia menjelaskan, "Di Bali kan banyak monyetnya, nah meraka anggap aku ini salah satunya.. Hahaha".
Saat itu aku belum mengerti kalau Bali identik dengan tempatnya monyet, aku kan belum pernah ke sana. Nah, belakangan setelah beberapa kali ke Bali, barulah aku paham, ternyata di Bali itu banyak sekali monyet. Sepertinya ada banyak kerajaan monyet di sana. Sebut saja Desa Sangeh, sejak kecil aku sudah sering mendengarnya, karena setiap study tour sekolah selalu jadi salah satu tempat tujuannya. Ada lagi monkey forest di Ubud, yang sempat menjadi tempat syuting video klipnya Judika. Aku pernah melewati monkey forest ini, dan menyapa monyet-monyet jinak dan lucu di sana. Dan yang tak kalah terkenal adalah Uluwatu, dengan monyet-monyet yang bertubuh subur dan kekar. Perangainyapun lebih garang, tidak selucu monyet-monyet di Ubud. Bahkan aku pernah jadi korban kegarangan monyet-monyet di Uluwatu itu. Ceritanya ada di sini.
Sejak peristiwa memalukan di Uluwatu itu, aku jadi agak trauma dengan makhluk yang bernama monyet. Namun demi menyenangkan anak-anakku, yang menyukai hewan-hewan di alam lepas, aku memberanikan diri mengunjungi kerajaan monyet lagi. Kali ini ada di Tabanan, tidak jauh dari Tanah Lot. Kalau kita berangkat dari Bedugul menuju Tanah Lot, pasti melewati tempat ini. Alas Kedaton namanya.
Memang tak setenar tempat-tempat yang lain, namun pengalaman yang ditawarkan tak kalah unik. Kalau ada yang komentar "Ngapain jauh-jauh ke Bali cuma mau lihat monyet aja?", itu salah. Karena di Alas kedaton, kita tak hanya melihat monyet, tapi ada pula pura di sana. Namanya Pura Dalem Kahyangan Kedaton, yang memiliki empat buah pintu masuk. Pura ini berada di tengah-tengah hutan yang dihuni ratusan monyet.
bagian dalam pura |
Cuma itu saja? Hmm..masih ada lagi. Di sini kita bisa menyaksikan kalong raksasa yang bergelantungan di ranting-ranting pohon. Uniknya, kalong-kalong jinak itu bisa kita ajak berfoto loh. Berpose dengan atribut bali, sambil 'menggendong' kalong berukuran jumbo, pasti memberi sensasi tersendiri. Tentu saja dengan pengawasan sang pawangnya, dan jangan lupa bayar ya.. Mau yang lebih menantang? Bisa coba foto bareng sama ular. Hiiii.. Kalau aku sih ogaaah..
Daripada dekat-dekat dengan ular, mendingan bercengkrama saja dengan monyet-monyetnya. Awalnya aku sempat was-was dan deg-degan. Tapi melihat perangai monyet-monyet yang begitu ramah, ketakutanku mulai mencair. Bahkan anak-anakku sangat rileks bermain dan memberikan kacang pada monyet-monyet itu. Mereka juga tak keberatan saat tangan dan kakinya ditarik-tarik para monyet lucu itu.
Tertarik kesini? Kalau aku sih sebenarnya tidak terlalu suka monyet. Tapi anak-anakku sangat menyukai binatang. Jadi, aku sengaja mengajak mereka ke sini, agar mereka bisa mengenal monyet lebih dekat, di habitatnya langsung.
Nah bagi yang ingin mengelilingi alas kedaton ini, kalian bisa menggunakan jasa pemandu yang banyak menawarkan diri di depan pintu masuk. Walaupun hutan ini tidak luas, namun perlu juga pemandu untuk berjaga-jaga, siapa tahu monyetnya sedang sensitif dan galak. Jadi kalau ada apa-apa, pemandu ini bisa mengatasi. Dan cukup beri imbalan suka rela saja untuk jasa mereka ini.
Happy traveling ^^
No comments:
Post a Comment