Monday, November 26, 2012
Galau v.s Gaza
Pernahkah teman-teman merasa sedih, terluka, tersakiti, terdzolimi tanpa bisa membela diri? Atau putus asa karena apapun usaha untuk memperbaiki keadaan tak kunjung mendapatkan hasil. Bahkan kondisinya semakin buruk saja. Dan diri ini semakin terjebak dalam belenggu tekanan batin yang tak berkesudahan. Kemana aku harus mencari perlindungan bagi batinku ini? Luka yang dulu pernah tertoreh belum lagi sembuh, kini semakin parah dengan goresan luka baru yang lebih dalam.
Apapun kondisi batinku saat ini, aku mencoba untuk bersikap senormal mungkin. Tetap tersenyum manis saat teman menyapa, dan tetap tertawa mendengar canda tawa mereka, seolah aku ini bahagia. Bagiku itu terapi bagi jiwaku. Mensugesti diri bahwa aku ini baik-baik saja. Meyakinkan diri bahwa aku ini kuat jiwa dan raga. Kucoba melakukan aktivitasku seperti biasanya. Bekerja, berbagi ide, dan cerita dengan teman-teman sekantor. Walaupun sesekali aku tak bisa fokus dengan obrolan mereka itu. Rasa perih karena luka yang tak kasat mata ini, sempat beberapa kali membuyarkan konsentrasiku.
"Pray for Gaza" kulirik judul pamflet yang ditempel di papan pengumuman. Siang ini ada pengajian di masjid kantorku. Kulangkahkan kakiku menuju rumah Allah tersebut. Sesuatu yang jarang aku lakukan, karena aku lebih sering sholat di ruanganku. Tak ada yang kuharapkan dari pengajian itu. Aku hanya mengikuti kemana kakiku melangkah. Dan aku bersyukur karena kakiku melangkah ke arah yang benar.
Topik pengajian kali ini membuatku benar-benar merasa malu. Rasanya tak pantas aku berkeluh kesah karena masalah sepele ini. Iya sepele, karena walaupun sakit hatiku parah, tapi aku masih bisa bekerja dengan tenang, bercanda dengan teman, dan menjalani kehidupan normalku yang lain. Jauh sekali dengan yang dialami penduduk Palestina saat ini. Mereka harus memperjuangkan hidup dan agama dibawah tekanan serangan bom tak berkesudahan. Walaupun rumah, masjid sekolah, semua hancur, tapi semangat mereka tak pernah hancur. Betapa banyak kehilangan yang mereka alami, harta benda, keluarga, anak-anak dan sanak saudara. Tapi mereka tak gentar sedikitpun. Tak bisa membayangkan kalau aku mengalami yang dialami warga Palestina saat ini.
Masih pantaskah aku berkeluh kesah? Dikaruniai hidup damai tentram, dan punya banyak hal yang tidak dipunyai semua orang. Punya saudara dan keluarga yang lengkap, serta anak-anak yang cerdas dan sehat. Tinggal di Indonesia yang indah dan kaya. Sungguh begitu melimpah nikmat yang Allah berikan padaku. Tapi aku putus asa hanya karena satu masalah saja.. Astaghfirullah..
Labels:
Curhatku,
Self Healing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment