Cerita sebelumnya ada di sini
Gemiris mulai turun lagi, kamipun bergegas melanjutkan perjalanan ke Situs Gunung Padang. Jalan yang kami lalui masih sama kondisinya, berkelok-kelok dan berlubang. Dan di kanan kiri jalan terbentang perkebunan teh yang luas. Sungguh indah dan menyejukkan mata. Tak berapa lama sampailah kami di Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Sebuah situs megalitikum yang terbesar di Asia Tenggara. Dan gerimis belum juga reda. Namun kami memutuskan untuk tetap naik ke bukit tempat situs megalitikum itu berada. Ah cuma gerimis ini, paling sebentar lagi reda, pikir kami.
Dengan semangat 45, kami berbekal payung dan tentu saja kamera, menaiki setiap anak tangga, yang jumlahnya mencapai 700 anak tangga! Wow! Nggak kebayang pegelnya. Sebenarnya ada jalur lain yang jumlahnya hanya 400 anak tangga. Namun treknya lebih susah, licin, curam, dan terjal. Kami yang jiwa juangnya kurang militan, memilih trek memutar saja. Biar lambat asal selamat.. Hehehe..
tangga asli yang terjal dan berliku |
tangga buatan |
situs megalitikum |
Ah, khayalanku buyar karena air hujan yang turun makin deras. Padahal kami belum juga selesai menempuh semua anak tangga. Di sela-sela nafas yang ngos-ngosan, kami harus mempercepat langkah mencari tempat untuk berteduh. Untunglah di atas bukit itu, ada semacam saung dan menara. Sambil menunggu hujan reda, kami menikmati pemandangan batu-batu andesit itu dari menara. Hujan membuat suasana situs semakin mistis, redup namun tetap indah. Pemandangan alam di sekitar bukit itu tak kalah elok. Tak sia-sia aku bersusah payah menaiki ratusan anak tangga dan diguyur hujan begini. Namun hujan tetap saja menghambat langkahku. Aku jadi tak leluasa mengeksplore situs ini. Dan yang paling penting, aku tak puas bernarsis ria.
Tapi apapun kondisinya, sebuah perjalanan harus dinikmati. Memang cuaca di gunung padang saat ini sangat moody, layaknya anak ABG yang emosinya tak tertebak. Sebentar-sebentar hujan, sebentar-sebentar reda, hujan lagi, terus reda lagi. Seperti itu berkali-kali. Dan sebagai traveler yang berjiwa dewasa, aku harus mampu menyesuaikan moodnya. Saat hujan reda aku manfaatkan untuk berkeliling bersama seorang pemandu. Dengan logat sundanya yang kental, dia menjelaskan berbagai mitos dan sejarah keberadaan situs ini. Ada satu yang kuingat jelas, saat pak pemandu menunjukkan sebuah batu yang disebut sebagai batu pandang. Saat duduk di batu pandang ini, kita bisa memandang kearah gunung gede pangrango. Karena itulah bukit ini dinamakan Gunung Padang, yang berasal dari kata Gunung Pandang. Selain itu masih banyak batu-batu unik lain, ada batu gong, batu gamelan, batu duduk, batu lumbung, bahkan ada batu dengan bekas tapak kaki harimau.
memandang gunung gede pangrango #bukanfotoPrewedding |
Bagaimana selanjutnya? Jadikah kami ke curug cikondang? Simak terus kisah ini di postingan berikutnya, hanya di Runaway Diary ^^
Bersambung ke Trip Gunung Padang 3..
*Tulisan ini dibuat dalam rangka meramaikan #7HariMenulis dari @birokreasi*
No comments:
Post a Comment