Aku masih saja dirundung pilu, terpuruk di pojok kubikelku, menyembunyikan perasaan sendu. Ingin rasanya menahannya pergi, tapi bagaimana lagi? Aku tak punya hak apa-apa atas dia. Aku bukan siapa-siapanya. Sungguh egois jika aku memaksanya tetap di sisiku. Ingin rasanya aku berteriak �Aku butuh kamu!�. Tapi itu tak mungkin kulakukan, karena dia bukan milikku.
Dua jam telah berlalu, dan belum satupun pekerjaan yang berhasil kuselesaikan. Aku masih saja memikirkan nasibku tanpa dia. Sebenarnya aku sudah sangat menyadari bahwa saat-saat seperti ini akan terjadi, saat-saat melepasnya pergi. Tapi saat ini benar-benar terjadi, aku tetap saja tak pernah siap. Tak siap menghadapi hari tanpanya. Aku masih saja resah.
Aku tahu satu-satunya cara yang harus kulakukan untuk menenangkan diri adalah dengan mencari penggantinya. Tapi tidak semudah itu. Bukankah hati tak bisa dipaksa? Dan aku sudah terlanjur merasa bahwa dialah yang paling tahu hatiku. Rasanya aku tak ingin mencari orang lain lagi. Aku takut sakit hati karena memilih orang yang salah.
Tapi dia akan PERGI.. dan aku HARUS mencari pengganti..
*******
No comments:
Post a Comment