Museum Fatahillah
Dari luar gedung ini memang sangat megah dan indah. Dan begitu masuk ke dalam museum ini, aura eksotisme dan misterius terasa menyelimuti. Apalagi ada lukisan yang menggambarkan beberapa orang tawanan yang kepalanya ditutup dengan kain, dan lehernya diikat dengan tali. Sepertinya itu proses hukuman mati bagi para tawanan pribumi di jaman penjajahan dulu. Aku merinding membayangkan prosesnya. Seram sekali. Ruangan-ruangan lainnya juga menarik, apalagi untuk orang-orang yang tertarik di bidang sejarah, pasti betah berada di sini.
Saat mengamat-amati ruangan di museum ini, tiba-tiba pandanganku tertuju pada rombongan turis bule, yang ditemani oleh seorang guide. Si bapak guide bertampang tidak meyakinkan, berbadan kecil dan berwajah pribumi asli, alias ndeso. Tapi begitu dia ngomong bahasa Inggris, ckck.. fasih sekali. Dan para bule itupun dengan manut mendengarkan celotehannya. Ah, jadi penasaran apasih yang dibicarakan. Akhirnya aku mengikuti rombongan itu, sambil menguping pembicaraan mereka.
Sampailah rombongan bule itu di bagian bawah museum ini. Ternyata itu sebuah penjara. Di sana ada 5 unit penjara. Tapi menurutku sungguh tidak layak disebut penjara. Ruangan itu hanya seperti gorong-gorong selokan, berdinding beton dan berjeruji besi, dengan tinggi sekitar 1,5 meter, dan lebar 3 meter. Dan makin ke dalam, tinggi ruangannya makin berkurang. Sempit sekali, baik dari segi lebar, panjang maupun tingginya. Di dalamnya aku melihat ada bola-bola besi sebesar bola voli, pasti bola-bola besi itu dulunya dikaitkan ke rantai yang mengikat para tawanan. Menurut keterangan bapak guide, 1 penjara itu ditempati tidak kurang dari 20 orang tawanan, bahkan bisa sampai 80 orang tawanan. Ih sadis sekali! Bayangkan, puluhan manusia dijejalkan di ruangan pengap seperti itu, hanya untuk menunggu hukuman mati.
Herannya bule-bule itu kok mau ya masuk ke dalam penjara itu, walau mereka harus bersusah payah membungkukkan badan. Sedangkan aku malah merinding disko begini, boro-boro mau masuk ke dalam, dari luar saja aku merasa seperti mencium bau darah, bau penderitaan. Tak tahan rasanya membayangkan nasib para tawanan itu.
Akhirnya aku memisahkan diri menuju halaman belakang bangunan ini. Sambil memandangi meriam yang sedang dikerubuti orang-orang narsis, pikiranku masih melayang ke penjara dan bule-bule yang masih ada disana. Aku heran kok warga negara asing bisa tertarik dengan sejarah bangsa lain. Kalau aku bukannya tidak tertarik dengan sejarah negeri sendiri, tapi aku merasa miris dengan fakta-fakta yang ada. Menghadapi kenyataan bahwa bangsaku pernah diperlakukan lebih rendah dari binatang oleh para penjajah, sungguh membuat batinku pedih.
Nah, bule-bule itu sudah keluar, dan langsung mengerumuni sebuah patung. Patung itu adalah patung Dewa Hermes, sebuah patung telanjang laki-laki yang mempunyai sayap di kaki dan kepalanya, tangannya memegang tongkat bersayap yang dililit 2 ekor ular, mirip lambang apotek. Si bapak guide menjelaskan asal usul patung itu, tapi aku tak begitu mengerti. Maklumlah, kemampuan bahasa Inggrisku tidak memadai untuk mencerna penjelasannya :D.
Museum Wayang
Kami sempat mampir sejenak di Museum Wayang. Bangunannya sepertinya lebih baru dibanding gedung-gedung yang lain. Sesuai namanya, Museum Wayang ini menyimpan semua koleksi wayang dari seluruh wilayah nusantara, bahkan ada pula wayang-wayang dari berbagai negara di dunia. Semua jenis wayang ada di sini, dipajang, dan dilengkapi dengan paparan informasi tentang masing-masing jenis dan tokoh wayang. Tapi sayang wayang-wayang ini tidak boleh difoto menggunakan lampu flash, katanya sinarnya dapat merusak wayang yang umurnya sudah sangat tua dan rentan. Jadi harap maklum, aku tidak mempunyai satupun foto di tempat ini. Kalau dipaksakan memotret tanpa lampu flash hasilnya pasti gelap, karena penerangan di sini terbatas.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Tak lengkap rasanya kalau kita tidak mampir ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Dari alun-alun Kota Tua kami naik ojek sebentar ke pelabuhan itu. Tepat tengah hari kami sampai di sana, saat matahari sedang terik-teriknya. Wuiih.. panas sekali dan berdebu. Tapi pemandangannya keren sekali. Kapal-kapal besar menjulang, tampak berpadu serasi dengan birunya air laut dan langit yang berawan putih. Pantas sekali banyak fotografer profesional yang mengabadikan gambar di sini.
Pelabuhan Sunda Kelapa ini merupakan pelabuhan untuk bongkar muat barang. Tampak beberapa pekerja yang berbadan kekar dan berkulit legam sedang sibuk naik turun kapal sambil memanggul barang. Banyak pula truk-truk pengangkut barang yang lalu lalang. Cukup ramai juga pelabuhan ini. Tapi aku tak tahan berlama-lama, takut gosong.. hehe..
Jembatan Kota Intan
Dari Pelabuhan Sunda Kelapa, kami mampir dulu ke Jembatan Kota Intan. Jembatan unik ini cocok sekali buat foto-foto. Yuk mari pose dulu.. ;)
No comments:
Post a Comment